Sistematika dan Sejarah Filsafat Logika

Sistematika dan Sejarah Filsafat Logika – Kasus metafisika merupakan modul yang diulas dalam metafisika satu untuk satu serta segenap. Serta ini yang diucap dengan problematika metafisika, kenapa? sebab diulas bagi lapisan khusus( penataan metafisika) serta diulas dalam metafisika analitis. Profesor. Dokter. Sutardjo A. Wiramihardja, Psi. memandang kalau penataan yang diajukan Langeveld( 1959) ialah penataan yang ditaksir lumayan komplit namun tidak sangat banyak serta lingkungan alhasil gampang dimengerti. Bagi Langeveld, dengan cara garis besarnya metafisika terdiri atas 3 perihal penting, ialah: Permasalahan ketahui, mengenali, serta wawasan; Filsafat, bagus filsafat biasa ataupun filsafat spesial, dan Angka dan evaluasi.

Sistematika dan Sejarah Filsafat Logika

gitit – Permasalahan Ketahui, Mengenali, serta Pengetahuan Beberapa pihak beranggapan, kalau inti aktivitas mengenali ataupun ketahui merupakan terdapatnya pandangan hal perihal itu, tanpa berasumsi mengenai suatu, tidak bisa jadi seorang mengenali suatu, sebaliknya pihak lain beranggapan kalau mengenali ataupun ketahui, berintikan pada suatu yang sempat dirasakannya. Dalam permasalahan ketahui, mengenali da wawasan ada pula Logika yang menata kelurusan berasumsi, dan epistemologi yang menata perihal kebenarannya.

Logika merupakan bagian metafisika yang memperbincangkan dasar akurasi, metode menata benak yang bisa melukiskan akurasi berpendidikan. Pas belum pasti betul, sebaliknya betul senantiasa memiliki dasar yang pas. Logika tidak memasalahkan bukti suatu yang dipikirkan, namun menghalangi diri pada akurasi lapisan berasumsi menyangkut wawasan. Jadi, Logika memprasyaratkan bukti, bukan artikel kebenarannya. Dengan cara etimologis, Logika berawal dari bahasa Yunani, logos yang berarti” tutur” ataupun” benak”. Tetapi, penafsiran dasarnya kerap diucap selaku ilmu barekta- kata ataupun ilmu berasumsi betul, bukan pas melainkan betul.

Pada dini kelahiran, Logika orang itu amat simpel serta dipakai buat mengahadapi keadaan simpel dengan hasil yang simpel pula. Logika itu bertabiat natural ataupun diucap Logika naturalis yang bersumber pada kodrat ataupun fitrahnya saja. Sebaliknya Logika ciptaan ataupun hasil pengembangan yang diucap dengan Logika buatan.

Logika dipecah atas 2 perihal, ialah:

Logika Formal, merupakan artikel ataupun argumentasi yang membahas dasar hukum- hukum akurasi lapisan berasumsi. Perihal yang terutama dalam Logika ini merupakan permasalahan pengaturannya, kesimpulan ataupun hukum- hukum untuk akurasi lapisan berasumsi, isinya tidak dipermasalahkan pula permasalahan penggunaannya.

Logika Material, merupakan artikel ataupun argumentasi hal dasar pemakaian akurasi lapisan berasumsi kepada bidang- bidang aktivitas berasumsi khusus. Logika material ini diucap filosofi metodologi. Filosofi metodologi merupakan artikel hal cara- cara menata benak yang pas buat aspek permasalahan khusus.

Tipe Logika terdapat 3, ialah:

  • Logika Induktif, ialah hasil riset ataupun filosofi hal prinsip- prinsip kesimpulan dari bermacam realitas.
  • Logika Deduktif, ialah hasil riset ataupun sistem hal prinsip- prinsip kesimpulan yang membidik pada pemakaian sesuatu prinsip.
  • Logika Dialektis.

2. Epistemologi

Epistemologi memasalahkan bukti wawasan. Dalam epistemologi, Oleh beberapa orang, epistemologi diucap metafisika ilmu. Dengan cara biasa serta pokok, ada perbandingan antara epistemologi serta metafisika ilmu. Dengan cara biasa, epistemologi memasalahkan bukti wawasan, sebaliknya metafisika ilmu, dengan cara spesial memasalahkan ilmu ataupun keilmuan wawasan. Dalam perihal ini, ada 4 tipe bukti yang dengan cara biasa diketahui orang, ialah:

Bukti Religius, merupakan bukti yang penuhi ataupun dibagun bersumber pada kaidah- kaidah agama ataupun agama khusus diucap pula bukti telak yang tidak bisa dibantah lagi. Wujud pemahamannya merupakan diktatorial.

Bukti Filosofis, yakni bukti hasil perenungan serta pandangan refleksi pakar metafisika yang diucap dasar, walaupun bertabiat individual serta relatif, tetapi mendalam sebab pendalaman eksistensial bukan cuma sebab pengalaman serta pemikaran intelektual semata. Inti metafisika merupakan berasumsi, sebaliknya dasarnya merupakan perbandingan.

Bukti Artistik, yakni bukti yang bersumber pada evaluasi bagus serta kurang baik, dan perasaan rasa artistik. Maksudnya keelokan yang bersumber pada keseimbangan dalam penafsiran besar yang memunculkan rasa suka, hening serta aman.

Bukti Objektif, yang diisyarati oleh terpenuhinya syarat- syarat objektif, paling utama menyangkut terdapatnya filosofi yang mendukung serta cocok dengan fakta. Bukti teoritis merupakan bukti yang bersumber pada perbandingan, ataupun bukti logis, bersumber pada teori- teori yang menunjangnya.

Seluruh Suatu yang Terdapat( Filsafat)

Terdapat 2 bagian berarti dari filsafat, ialah:

Filsafat Biasa ataupun Ontologi. Ontologi memasalahkan terdapatnya seluruh suatu yang terdapat. perihal ini berlainan dengan filsafat spesial yang memasalahkan dasar yang terdapat.

Filsafat Spesial. Filsafat spesial memasalahkan dasar seluruh suatu yang terdapat. Dengan cara biasa, ada 3 golongan ataupun perihal yang berlainan bagi Langeveld. Oleh sebab itu Langeveld mengemukakan kalau dalam memasalahkan dasar seluruh suatu ada 3 bagian, ialah:

1) Kosmologi merupakan bagian filsafat spesial yang memasalahkan dasar alam sarwa tercantum seluruh isinya, melainkan orang.

2) Antropologi merupakan bagian filsafat spesial yang memasalahkan dasar orang.

3) Dogma merupakan bagian filsafat spesial yang memasalahkan dasar Tuhan. keadaan yang dibahas didalamnya menyangkut kebaikan, kesakralan, bukti, kesamarataan serta sifat- watak bagus Tuhan yang lain.

Aksiologi

Aksiologi merupakan bagian metafisika yang memasalahkan evaluasi, paling utama berkaitan dengan permasalahan ataupun filosofi biasa resmi hal angka. Aksiologi yang kita tahu dalam 2 tipe, ialah etika serta estetika.

Etika merupakan bagian metafisika yang memasalahkan evaluasi ataupun aksi orang dari ujung bagus serta kejam. Etika dalam bahasa Yunani, ethos yang maksudnya kerutinan, habit ataupun custom. Artinya nyaris tidak terdapat orang yang tidak mempunyai kerutinan bagus ataupun kurang baik. Sebutan yang lebih pas merupakan etika bagus serta etika kejam.

Estetika ialah bagian metafisika yang memasalahkan evaluasi atas suatu dari ujung bagus serta kurang baik. Dengan cara biasa, estetika diucap selaku amatan filsafati hal apa yang membuat rasa suka. Figur sangat populer dalam aspek ini yakni Alexander Baumgarten( 1714- 1762) dalam disertasinya pada 1735 yang malah dikira dini diwacanakannya estetika.